Manfaat Vitamin D terhadap COVID-19

 Manfaat Vitamin D terhadap COVID-19

Pandemi COVID-19 sudah merenggut ratusan ribu jiwa di semua dunia. Infeksi severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) ini perlihatkan spektrum penyakit yang luas, bersama dengan sebagian besar pasien mengalami tanda-tanda mudah atau lebih-lebih asimtomatik.

Variasi yang besar di dalam angka mortalitas COVID-19 antar negara dan lokasi sudah dilaporkan. Selain umur, penyakit komorbid, dan ketersediaan fasilitas kesehatan; standing kecukupan vitamin D dimisalkan memainkan peranan, mengingat angka mortalitas COVID-19 ditemukan relatif lebih tinggi terhadap negara bersama dengan insidensi defisiensi vitamin D yang tinggi, seperti Italia, Spanyol, dan Perancis.

Selain itu, kala terjadinya pandemi COVID-19 yang bertepatan kala musim dingin, yakni kala takaran vitamin D berada terhadap titik terendah, turut menunjang potensi keterlibatan vitamin D di dalam mengurangi risiko COVID-19.[1-3] Studi: Suplemen dan Vitamin Tak Terlalu Bermanfaat Bagi Tubuh

Sekilas mengenai Vitamin D

1,25-dihydroxyvitamin D3 (1,25(OH)2D3) merupakan bentuk aktif dari vitamin D3 yang diproduksi dominan oleh prekursor di dalam kulit melalui radiasi ultraviolet B (UVB) terhadap 7-dehydrocholesterol. Vitamin D banyak ditemukan di product susu, sereal, dan minyak ikan. Kadar serum vitamin D >30 µg/mL (>75 µmol/L) merupakan konsentrasi optimal yang berikan faedah untuk kesehatan.

Seiring pertambahan usia, kapabilitas kulit mengolah vitamin D3 tambah berkurang. Pada musim dingin, benar-benar sedikit radiasi UVB yang sampai ke permukaan bumi (di area tertentu), hal ini memicu risiko defisiensi vitamin D kala musim dingin meningkat. Walaupun lokasi tropis mendapat paparan cahaya matahari lebih tinggi, hal ini tidak menjamin kecukupan vitamin D seumpama kesibukan sosial dan budaya penduduk kala ada paparan cahaya matahari dibatasi, khususnya bersama dengan ada petunjuk stay at home kala pandemi ini.[1,4,5]

Peran Vitamin D di dalam Modulasi Sistem Imun

Vitamin D menahan ekspresi dan mengurangi transkripsi sebagian sitokin proinflamasi. Di lain sisi, vitamin D juga meningkatkan sitokin T helper yang berbentuk antiinflamasi. Vitamin ini juga memiliki efek antiproliferatif yang poten terhadap sel T, khususnya sel T helper, dan menurunkan mengolah antibodi sel B.

Peran penting vitamin D3 sebagai regulator imun bukan cuma dikarenakan interaksinya bersama dengan sel limfosit T, tetapi juga interaksinya bersama dengan antigen-presenting cell (APC). Monosit yang terpapar vitamin D3 akan mengurangi major histocompatibility complex (MHC) kelas II. Pada akhirnya, vitamin D akan menahan pengeluaran sitokin proinflamasi oleh makrofag dan juga meningkatkan regulasi peptida antimikrobial yang memiliki potensi antiviral.[4,6]

Vitamin D juga mengurangi respons inflamasi terhadap infeksi SARS-CoV-2, di mana vitamin D dapat berinteraksi bersama dengan protein angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor masuknya virus SARS-CoV-2.[7]

Peran Vitamin D terhadap Berbagai Penyakit Saluran Napas

Selain berperan di dalam kesehatan tulang dan homeostasis kalsium, banyak bukti perlihatkan bahwa vitamin D memainkan peran di dalam pencegahan dan terapi beraneka macam penyakit infeksi respiratorik, seperti tuberkulosis paru dan influenza.[6]

Dalam sebuah meta kesimpulan yang dilaksanakan oleh Nnoaham et al, dikemukakan bahwa takaran vitamin D3 yang rendah berhubungan bersama dengan kerentanan terinfeksi tuberkulosis paru yang aktif bersama dengan tingkat keparahan yang lebih berat.[6]

Protein pengikat vitamin D atau vitamin D binding protein (DBP) merupakan protein multifungsi yang tidak cuma berperan di dalam resorpsi tulang tetapi juga mengaktifkan makrofag. Kadar DBP yang normal adalah sekitar 300-900 mg/L, di mana konsentrasi yang rendah berhubungan bersama dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS) terhadap pasien cystic fibrosis.[8]

Sebuah meta kesimpulan yang dilaksanakan oleh Zhou et al menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin D secara signifikan meningkatkan risiko infeksi community-acquired pneumonia (CAP) sebesar 1,65 kali lebih tinggi. Penurunan takaran vitamin D sebesar 5,63 µg/mL ditemukan terhadap penderita CAP. Akan tetapi, belajar lebih lanjut diperlukan untuk memilih efek eksplisit dari vitamin D.[9]

Melalui meta analisis, Bergman et al juga turut perlihatkan bahwa perlindungan vitamin D sebagai profilaksis dapat mengurangi risiko terjangkit infeksi saluran napas. Efek protektif vitamin D paling besar ditunjukkan terhadap perlindungan harian bersama dengan dosis sekali sehari. Akan tetapi, vitamin D tidak perlihatkan efek dikala diberikan di dalam dosis bolus besar bersama dengan frekuensi sebulan sekali atau lebih jarang.[10]

Melalui sebuah meta analisis, Martineau et al juga turut mengonfirmasi bahwa suplementasi vitamin D mempunyai efek protektif terhadap infeksi saluran pernapasan. Selain itu, faedah vitamin D tambah nampak terhadap pasien bersama dengan takaran vitamin D yang benar-benar rendah, yakni <10 µg/mL (<25 µmol/L).[11]

Dosis vitamin D harian yang digunakan terhadap belajar untuk menilai manfaatnya adalah 1000–4000 IU/ hari.[1,10-12]

Peran Vitamin D terhadap Infeksi COVID-19

Vitamin D sudah terbukti di dalam menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan. Bersamaan bersama dengan itu, efeknya di dalam meningkatkan imunitas seluler dan adaptif juga turut memicu vitamin D patut dipertimbangkan sebagai opsi potensial untuk mengobati dan menahan COVID-19.

Sampai kala ini, belum tersedia uji klinis yang dilaksanakan untuk memilih efek vitamin D secara spesifik di dalam menyupresi rantai SARS-CoV-2. Beberapa belajar sudah meneliti luaran klinis pasien COVID-19 berdasarkan standing vitamin D.

Sebuah meta kesimpulan yang dilaksanakan oleh Alipio meneliti 212 pasien COVID-19 dan standing vitamin D. Rerata takaran serum vitamin D adalah 31,2 µg/mL terhadap tanda-tanda ringan; 27,4 µg/ml terhadap tanda-tanda sedang; dan 21,2 µg/ml terhadap tanda-tanda berat.

Kadar vitamin D yang normal ditemukan terhadap 55 pasien dan mayoritas (85,5%) mengalami tanda-tanda ringan. Status insufisiensi vitamin D ditemukan terhadap 80 pasien dan mayoritas (43,8%) mengalami tanda-tanda sedang. Pasien bersama dengan standing defisiensi vitamin D tersedia sebanyak 77 orang dan mayoritas (40,3%) mengalami tanda-tanda berat. Studi ini menyimpulkan bahwa takaran serum vitamin D berkaitan bersama dengan luaran klinis pasien COVID-19. Dalam hal ini, suplementasi vitamin D kemungkinan dapat meningkatkan luaran klinis pasien COVID-19, tetapi belajar uji klinis acak terkontrol bersama dengan sampel besar wajib dilaksanakan untuk mengonfirmasinya.[11]

Sebuah belajar kohort retrospektif di Indonesia, bersama dengan sampel 780 pasien COVID-19, meneliti mengenai keterkaitan standing vitamin D dan mortalitas pasien COVID-19. Setelah mengesampingkan faktor perancu, seperti usia, style kelamin, dan komorbiditas; hasil belajar ini menyimpulkan bahwa standing vitamin D berkaitan erat bersama dengan mortalitas pasien COVID-19. Angka mortalitas ditemukan lebih tinggi terhadap pasien bersama dengan insufisiensi vitamin D. Jika dibandingkan bersama dengan pasien COVID-19 bersama dengan standing vitamin D yang normal, risiko kematian meningkat sebanyak 10,12 kali terhadap pasien COVID-19 bersama dengan defisiensi vitamin D.[13]

Dalam tinjauan naratif, Grant et al menunjang peran vitamin D bersama dengan konsentrasi tinggi di dalam menurunkan risiko infeksi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), juga influenza, pneumonia, dan infeksi coronavirus. Suplementasi vitamin D3 dapat diberikan untuk meningkatkan konsentrasi vitamin D. Kisaran optimal vitamin D untuk raih efek protektif adalah 40-60 µg/mL. Untuk raih takaran tersebut, suplementasi vitamin D3 wajib diberikan bersama dengan dosis 10.000 IU per hari selama sebulan, selanjutnya dilanjutkan bersama dengan dosis 5.000 IU per hari. Jika vitamin D dosis tinggi diberikan, suplementasi kalsium tidak boleh diberikan di dalam dosis tinggi untuk jauhi terjadinya hiperkalemia.[14]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Penting Celemek dalam Kebersihan dan Keamanan di Dapur Restoran

Tips Menghindari Penyusun Pajak yang Licik

Apa itu Membangun Backlink?